Mitos atau fakta, Tidak Boleh Menunjuk Bulan Dengan Jari


Factsormythses
- Untuk anak-anak yang masih mewarisi adat istiadat tionghoa di Indonesia, pasti kalian pernah mendengar mitos seperti ini.

"Karena jari tangan itu bekas memegang secara macam benda dan umumnya kotor". Dari buku "Panduan untuk pendidikan anak-anak Tionghoa" Terbitan Drukkerij Liem Liang Djwan. Blitar, tahun 1929.

Tidak diketahui secara jelas sejak dari kapan, dalam situasi apa, dan darimana asalnya mitos ini dibentuk. Namun diketahui untuk mitos ini memiliki beberapa versi tentang mitos "tidak boleh menunjuk bulan dengan jari".

Sewaktu saya masih kecil, saya pernah dinasehati oleh mama saya untuk tidak menggunakan jari untuk menunjuk bulan, apa lagi jika kondisi bulan menampakkan 'bulan sabit' yang nanti akan berakibat telinganya akan dipotong oleh bulan.

Dengan penampakan bentuk bulan sabit yang menyerupai sabit pisau, tentu saja membuat saya dan adik-adik lainnya takut untuk menunjuk ke arah bulan menggunakan jari.

Nah, selidik punya selidik, menurut kepercayaan tionghoa kuno, masyarakat Tiongkok percaya jikalau Dewi Bulan Changxi sangat buruk rupa. 

Jadi kalau ada orang yang menunjuk arah kepadanya menggunakan jari, maka orang itu dianggap sedang membicarakan kejelekkan rupanya.

Sehingga dengan keji ia akan memotong telinga orang yang menunjuk kepadanya tersebut/ Kepercayaan ini kemudian berlanjut secara turun temurun hingga saat ini.

Mitos seperti ini ternyata banyak berkembang dimasa Dinasi Han (206 - 220 SM). Dan pada Dinasi Q dan Ming, mitos ini berubah menjadi cerita lisan yang disampaikan secara turun temurun.

Kalau dipikir secara logika, mitos ini sebenarnya hanya cara dari para nenek moyang atau generasi  leluhur kita untuk mengajarkan soal etika kepada anak-anaknya untuk tidak secara sembarangan menunjuk orang lain atau ke arah manapun.

Dalam tradisi kuno masyarakat Tiongkok, menggunakan jari untuk menunjuk orang lain adalah tindakan yang tidak dibenarkan atau istilahnya tidak sopan.

Apa lagi jika mereka menunjuk ke arah matahari, bulan dan bintang. Karena pada masa itu bumi dan langit adalah sesuatu yang disembah dan sangat dihormati.

Coba kita bayangkan saja jika kita menunjuk orang lain secara sembarangan, tidak sopan kan?

Secara singkatnya, para pendahulu kita khawatir jika kelak anak-anaknya tidak mengerti arti 'hormat', sehingga mereka menggunakan 'mitos' tersebut untuk mengajarkan anak-anaknya tentang norma kesopanan, meskipun bentuknya seperti ditakut-takuti.

"Bùyào zhǐ yuèliàng, xiǎoxīn tā huì gē nǐ ěrduǒ"
"Jangan menunjuk bulan, hati-hati telingamu bisa dipotong"


Comments